Penderitaan Fisik dan Rohani/Mental
Hai Teman sedharma, apa kabar kalian? Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang penderitaan yang ada di dunia manusia ini.Sebelum di mulai penjelasannya pernah kah kalian berpikir bahwa ada saja hal yang membuat kalian bersedih, atau bahkan membuat kalian itu kehilangan semangat hidup dalam diri?
Jawabannya pasti IYA
Pada artikel ini akan dibahas macam macam penderitaan yang dialami di kehidupan manusia ini, ayo di simak
Yang termasuk penderitaan fisik:
1. KELAHIRAN
Kelahiran sebagai manusia tidaklah mudah, karena harus
melalui beberapa proses dan didukung oleh kondisi yang menunjang. Menurut ilmu
kedokteran modern, terjadilah pembuahan dimulai dari perlombaan berjuta-juta
sperma yang saling berebut untuk dapat membuahi sebuah atau beberapa sel telur
dan setelah terjadi pembuahan masih diperlukan kondisi yang bagus untuk
pertumbuhan janin selanjutnya.
Dalam agama Buddha dikatakan, proses tumimbal lahir menjadi
janin manusia harus melewati 8 keadaan panas dan dingin, sehingga bagi mereka
yang karma baiknya tidak cukup, tak akan dapat melewatinya, hanya mereka yang
cukup karma baiknya untuk menjadi manusia, dapat melewati dan masuk ke dalam
kandungan ibu. Dan pada saat dilahirkan, sentuhan/kontak pertama dengan udara
membuat bayi langsung menangis untuk mengekspresikan penderitaannya (baik
penderitaan yang bersifat fisik maupun mental).
2. USIA TUA
Ketika seorang menjadi tua, semua fungsi organ tubuhnya
menjadi mundur dan lemah, ingatannya berkurang, segala gerak-geriknya lamban
dan tidak leluasa, kecantikan dan keindahan tubuhnya memudar, jiwanya mudah
merasa kesepian, tak berdaya dan terasing, keberadaan secara alamiah
perlahan-lahan tersisih oleh generasi baru yang menggantikannya, energinya
seperti lampu yang kehabisan bahan bakar, mulai meredup….
3. SAKIT
Penyakit bisa tiba-tiba datang tanpa permisi, tidak memilih
siapa yang bakal menjadi korbannya, dia bisa menyerang orang kaya atau orang
miskin, tua atau muda, raja maupun pengemis, tak seorangpun dapat menghindar darinya,
biar dia itu seorang dokter sekalipun, akibat penyakit yang dideritanya,
manusia menjadi lemah dan mudah putus asa, semua fungsi organ dan metabolisme
tubuhnya menjadi kacau-balau, aktifitas sehari-hari terhenti, bahkan
kadang-kadang penyakit menjadi berkepanjangan, yang menyebabkan penderitaan
lahir dan batin, baik bagi si sakit maupun keluarganya. Tiada seorangpun yang
dapat menghindar dari penderitaan sakit, karena sakit adalah proses alamiah
berdasarkan karma.
4. MATI
Adakah manusia yang dapat menghindari kematian? Cepat atau
lambat saat itu pasti akan tiba, doktrin Buddhis tentang anicca
(ketidak-kekalan) menjelaskan bahwa semua hal yang berbentuk/dilahirkan pasti
akan mengalami kelapukan, usia tua dan akhirnya musnah mati. Ada yang menganggap
kematian sebagai proses yang wajar dan siap menghadapinya (terutama bagi mereka
yang menghayati agama Buddha dengan benar), tetapi ada yang demikian takutnya,
merasa cemas karena tak tahu akan kemana dan menjadi apakah setelah dia mati
nanti? Segalanya serba gelap, diliputi misteri, bagi anda yang masih kuatir
serta tidak tahu tentang proses kematian atau takut menghadapi saat kematian,
silahkan membaca buku ini lebih lanjut, karena didalam buku ini dijelaskan
berbagai cara yang bermanfaat yang dapat anda pergunakan pada saat anda berada
di ambang batas antara hidup dan mati.
Yang termasuk penderitaan rohani/mental:
1. BERPISAH DENGAN YANG DICINTAI
Bagaimana rasanya bila kekasih, orang atau sesuatu yang
sangat kita cintai (orang tua, anak, suami/istri, saudara, sahabat,
harta-benda, kedudukan ataupun hewan kesayangan kita) tiba-tiba pergi
meninggalkan kita ?
Entah perpisahan ini terjadi sewaktu masih sama-sama hidup
(misalnya: karena perceraiaan, ditinggal pergi, kondisi perang, dirampas orang,
masuk ke penjara dan sebagainya) maupun perpisahan yang disebabkan oleh
kematian, semua ini amatlah memilukan hati, kadang-kadang rasa sedih ini dapat
berlarut-larut, sehingga menyebabkan depresi, membuat hidup terasa hambar,
kosong seakan-akan jiwa kita juga ikut pergi bersamanya
2. BERTEMU DENGAN YANG DIBENCI
Sebaliknya jika seseorang berada di lingkungan yang tidak
dia sukai (kawin paksa, pekerjaan yang tidak menyenangkan, tempat tinggal dan
lingkungan sosial yang tidak cocok dan sebagainya) serta tak ada pilihan lain
sebagai jalan keluarnya, maka hari demi hari berlalu dan terasa kelabu, gairah
hidup menjadi padam, tak ada tawa riang, tak ada kegembiraan. Yang dihadapi
hanyalah rasa jenuh dan membosankan.
3. KEINGINAN TIDAK TERCAPAI
Tidak semua yang kita idam-idamkan selalu terwujud,
seringkali antara keinginan dan kenyataan bertolak belakang hasilnya. Cita-cita
atau keinginan ini meliputi aspek yang sangat luas (misalnya: rumah tangga,
perjodohan, percintaan, karier, pekerjaan, kedudukan, jabatan, nama baik, kehormatan,
sekolah, pendidikan, politik dan sebagainya). Jika gagal meraih apa yang
diharapkan, seseorang akan merasa sedih dan menderita batinnya, bisa menjadi
stress dan frustasi, bahkan bila kegagalan demi kegagalan selalu menimpanya,
dia mudah menjadi putus asa, ada yang menjadi gila/sakit jiwa, tak sedikit pula
yang mengambil tindakan nekat yaitu bunuh diri.
4. TERIKAT OLEH KONDISI PANCA SKANDHA
yang disebut panca skandha adalah rupa (bentuk), vedana
(perasaan), samyojana (persepsi), samskara (bentuk-bentuk pikiran) dan vijnana
(kesadaran). Karena terikat ole hkebutuhan panca skandha, maka kita akan merasa
lapar bila tidak makan, mengantuk bila kurang tidur, juga kebutuhan untuk
diperhatikan, dicintai, mencintai, semangat untuk belajar segala sesuatu, rasa
egois, demikian pula munculnya berbagai macam perasaan, kesan dan kesadaran….
Ajaran Hyang Buddha mengungkapkan hakekat hidup yang berupa
dukha, tidak kekal dan tanpa inti, yang mana sering menimbulkan salah
pengertian bagi orang awam sehingga mereka menuduh ajaran Hyang Buddha adalah
bersifat pesimis, pandangan demikian salah besar, memang benar didalam hidup
kadang-kadang kita mengalami peristiwa yang membahagiaakan hati, tetapi
bertahan beberapa lamakah kebahagiaan tersebut? Suatu saat kebahagiaan itu akan
lenyap bersama tibanya saat kematian, karena kebahagiaan duniawi terikat oleh
kondisi yang tidak kekal (anicca) dan tanpa inti (an-atma), sehingga Hyang
Buddha mengatakan bahwa hidup adalah DUKKHA
Menyedihkan
BalasHapus