Antara Dua Pemimpin Remaja –
Dahulu kalah pada masa dinasti Magadha memerintah ibukota Rajagaha, Bodhisatva (calon buddha) hidup sebagai seorang rusa jantan. Ia memimpin seribu ekor rusa di dalam hutan. Dari perkawinannya ia memperoleh dua ekor anak laki-laki ( Si Mujur dan si Hitam). Menginjak masa tua Ia pun membagi dua kepemimpinan untuk di pimpin oleh dua anaknya tersebut.
Musim panen pun tiba di Magadha, tanaman
gandum pun telah bertumbuhan, tibalah bahaya bagi para rusa. Banyak manusia
yang memasang perangkap ataupun berburu untuk menjaga tanaman mereka.
Bodhisatva yang arif pun meminta anaknya
berkumpul dan berkata “Anak-anakku, kini tibalah saatnya gandum bernas di ladang-ladang
dan biasanya banyak rusa yang naas terjebak pada musim seperti ini. Kami sudah
tua, tidak bisa kemana-mana, tetapi kalian disertai semua pengikut pergilah
ketengah hutan pegunungan dan kembali kesini setelah panen berakhir.
Akhirnya Si mujur dan si Hitam pun pergi
dengan membawa pengikut mereka masing-masing. Si Hitam yang bodoh tidak
mempertimbangkan kapan waktu berangkan dan waktu beristirahat yang aman,
membiarkan anak buahnya berjalan terlalu cepat ataupun lambat, baik pada waktu
fajar menyingsing maupun waktu senja hari. Lalu para petani menyergap dari
persembunyian ataupun secara berhadapan, membunuh anggota kawanan rusa itu. Tinggal
sedikit dari kawanan Si Hitam yang selamat sampai ke tengah hutan pegunungan.
Sebaliknya si Mujur bijaksana, cerdik dan
panjang akal. Ia tidak pernah mndekati pinggiran desa. Ia mengatur rombongan
dengan tertib dan melaksanakan perjalanan hanya pada malam hari. Sehingga tidak
ada satupun anggotanya yang tertangkap ataupun dibunuh oleh manusia. Sebab si
Mujur sangat mencintai para pengikutnya.
Empat bulan lamanya mereka di tengah hutan,
musim panen pun telah usai. Rombongan rusa pun kembali ketempat mereka semula.
Dalam perjalanan si Mujur tetap menyayangi dan selalu berhati-hati untuk
menghindari para pemburu yang akan membunuh pengikutnya. Berbeda dengan si
Mujur, si Hitam tidak menghiraukan keselamatan pengikutnya sampai tiba di
tempat mereka tinggalah si Hitam sendiri yang selamat.
Mereka pun menghadap orang tuanya.
Bodhisatva melihat kedua anaknya kembali dan bersama kawanan rusa serempak
berkata : “Mahluk yang tulus penyayang menghargai pahala. Si Mujur berjasa
memimpin kembali rombongan sanaknya. Sedangkan si Hitam pulang kehilangan semua
kawanannnya.”
Demikianlah Bodhisatva menyambut anaknya.
Kelak kemudian setelah melalui masa tua dengan baik, ia mati dan lahir di alam
yang sesuai dengan karmanya.
0 komentar:
Posting Komentar
“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”