Cerita Jataka buddhis/Buddha
Hai teman teman sedharma sekalian dimanapun kalian berada. Pada kesempatan kali ini saya ingin membagikan sebuah cerita bertemakan Cinta dari seekor rusa yang dimanfaatkan.Memang benar cinta itu bisa membuat diri seseorang bahkan mungkin teman sendiri juga pernah merasakan kebutaan terhadap cinta tersebut.
ya tanpa panjang lebar ayo kita langsung saja Masuk ke ceritanya.
Cinta Buta
(Kandina Jataka)
Dikisahkan pada masa pemerintahan seorang raja dinasti Magadha yang beribu kota Rajagaha, ketika itu musim panen gandum dan rusa-rusa menjauh ke hutan untuk menghindari mara bahaya. Seekor rusa gunung, penghuni asli hutan itu, jatuh cinta kepada seekor rusa betina yang mengungsi dari pinggiran desa. Terdorong oleh cintannya, ia mengikuti betina tadi ketika rusa-rusa pengungsi meninggalkan hutang pulang ke tempatnya semula.
Ketika penduduk Magadha mencium tibanya waktu rusa-rusa turun dari gunung, mereka mempersiapkan diri untuk menyergap di perjalanan. Seorang pemburu mencegat di jalan yang dilalui pasangan rusa tersebut.
Rusa betina mencium bau manusia. Ia menduga ada pemburu yang akan menyerang. Maka dibiarkannya si jantan berjalan di depan. Ia sendiri mengikuti dengan jarak yang agak jauh. Dengan sebatang panah pemburu membuat rusa jantan itu jatuh tersungkur dan rusa betina lari secepat angin meninggalkannya. Si pemburu keluar dari tempat persembunyiannya, mengulitikorbannya dan menyalakan api memanggang daging segar itu.
Pada waktu itu Bodhisatva(Calon Buddha) adalah seorang peri yang tinggal di hutan belukar. Ia mengamati segala yang terjadi itu.
"Bukan salah ayah atau ibu, tetapi napsunya sendiri yang membinasakan rusa bodoh itu. Permulaan dari napsu memang menyenangkan, tetapi ia akan berakhir dengan kesedihan dan penderitaan. Hilangnya apa yang dimiliki menyakitkan dan begitulah penderitaan dari mahluk yang tercipta. Menyebabkan orang lain binasa adalah keji di dunia ini. Tidak baik pula negeri yang secara tidak adil dibawah pengaruh dan peraturan wanita. Dan hinalah laki-laki yang menyerah kepada kekuasaan buruk wanita."
Peri-peri lain di hutan itu menyambut, mempersembahkan wangi-wangian dan bunga, menghormat kepada Bodhisatva. Bodhisatva merangkai pernyataaannya dalam sebuah sajak, mengucapkannnya dengan suara yang lembut dan membuat gema di hutan:
"Terkutuk pana asmara yang menjadikan
manusia menderita.
Tercela negeri yang dikuasai wanita tidak
semena-mena
Dan terhina si bodoh yang dimabuk pengaruh
wanita."
Demikianlah dengan sajak ini dirangkumnya tiga hal yang dipandang rendah. Dan hutan menggemakannya.
Penutup
Bagaimana menurut teman sekalian mengenai cerita tersebut? Banyak yang dapat dipetik dari cerita ini, salah satunya kita janganlah terlalu membawa napsu dalam kehidupan kita.
Ya sekian dari postingan yang saya bawakan pada kesempatan ini, terus lihat blog saya ya untuk mendapatkan cerita bertemakan agama Buddha lainnya. Maaf bila ada salah kata ataupun ucapan dan Terimakasih telah membaca. Salam Metta :)
Baca juga :
0 komentar:
Posting Komentar
“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”